Klaten-Penyelenggara Bimas Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Klaten mengadakan kegiatan Bimbingan Teknis Kepenyuluhan Agama Hindu Kab.Klaten tahun 2016 bertempat di Grand Tjokro Klaten yang dilaksanakan selama 2 hari (1-2/03). Sebanyak 40 penyuluh agama Hindu non PNS mengikuti kegiatan ini.
Penyelenggara Bimas Hindu Kemenag Klaten Suyamto menyampaikan, mengajak pada penyuluh Agama Hindu untuk meningkatkan srada dan bhakti penyuluh agama Hindu, untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada umat, sehingga penyuluh agama Hindu dapat memberikan wawasan tentang standarpelayanan penyuluhan kepada masyarakat.
Lebih lanjut Suyamto menyampaikan, disamping itu penyuluh harus bisa memberikan dan melaksanakan Sad Dharma atau 6 metode penyuluhan (Dharma Wacana/ceramah, Dharma Tuli/diskusi, Dharma Gita/lagu keagamaan, Dharma Sadana/implementasi, Dharma Yatra/perjalanan suci, dan Dharma Santhi/saling memaafkan). 6 metode itulah yang harus menjadi pegangan dalam penyuluhan, tegas Suyamto.
Penyuluh agama merupakan mitra kepanjangan tangan yang sangat penting Kementerian Agama untuk membangun generasi bangsa yang lebih baik untuk kedepannya, memberikan kepenyuluhan agama yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Sementara itu Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah I Dewa Made Artayasa sebagai narasumber memaparkan, Tri Hita Karana dan Tat Twam Asi, ajaran tersebut dijadikan konsep yang sangat essensial mengenai bagaimana caranya bisa hidup rukun dan harmonis dalam suasana multicultural di Negara Indonesia yang mempunyai karakter tersendiri di bandingkan negara-negara lain di dunia.
Namun perlu diingat bahwa umat beragama adalah warga Negara Indonesia, oleh karena itu harus mengetahui dan memahami empat (4) pilar utama yaitu : Pancasila sebagai ideology negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Wawasan kebangsaan, Bhinneka Tunggal Ika, ungkap pembimas Hindu.
Akhir-akhir ini telah kita saksikan bersama berbagai macam fenomena dan kejadian alam serta sosial yang sangat memprihatinkan kita semua. Umat manusia semakin menjauhkan diri dari Sang Penciptanya, degradasi moral kian memuncak, dan kepedulian terhadap lingkungannya sudah tergerus oleh keegoisan yang tak mengenal kompromi, untuk itu peran penyuluh sangat dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat untuk menyelamatkan umat, harapnya.(AgusJun)