Klaten (Humas) – Penyuluh Agama dari lintas Agama menyatakan ikrar mengikuti Deklarasi Pilkada Damai. Senin (28/202/2024) di Halaman KanKemenag Klaten.
Acara dihelat oleh Kankemenag Kabupaten Klaten bekerja sama dengan Pokjaluh Lintas Agama. Dalam kegiatan ini, diadakan pembacaan doa lintas agama dilanjutkan deklarasi Pilkada Damai. Doa lintas agama dibacakan oleh Fatkhurrahman (Penyuluh Agama Islam), Didik Deniarto (Penyuluh Agama Katolik), Tri Prasetyaningsih (Penyuluh Agama Kristen), Sri Rahayu dan Listyani (Penyuluh Agama Buddha).
Sementara deklarasi damai dipimpin oleh Ketua Pokjaluh Lintas Agama, Moh. Suryana diikuti oleh Penyuluh Agama.
Berikut bunyi Deklarasi Pilkada Damai :
Kami Penyuluh Lintas Agama Kantor Kementerian Agama Kabupaten Klaten menyatakan:
- Siap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;.
- Siap mengawal dan mendukung Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2024 yang Damai, Demokratis, dan Edukatif dalam rangka mewujudkan kedaulatan pemilih.
- Menyerukan kepada masyarakat Kabupaten Klaten untuk tidak melakukan penyebaran ujaran kebencian dan hoax atas dasar SARA, intoleransi, dan radikalisme agama, serta dapat memanfaatkan berbagai sarana media sosial dan sarana publik lainnya secara cerdas dan bertangung jawab.
- Mendukung sinergitas dan soliditas TNI-POLRI, Pemerintah Daerah, Kementerian Agama, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, dan Elemen Masyrakat lainnya demi terciptanya keamanan kondusifitas di Kabupaten Klaten, serta tunduk dan patuh terhadap peraturan perundang-undanan yang berlaku;; dan
- Mendukung Pimilihan Kepala Daerah Tahun 2024 yang Damai, Jujur, dan Bermartabat, serta tidak menggunakan Rumah Ibadat sebagai tempat Kampanye dan Aktivitas Politik Praktis.
Dalam sambutannya Kepala Kankemenag Kabupaten Klaten yang disampaikan oleh Kasubbag Tata Usaha, H. Riv Rozi meminta segenap ASN dan Penyuluh Agama untuk menciptakan suasana damai dalam Pilkada serentak yang akan digelar pada 27 November 2024. “Untuk Penyuluh Agama mohon tidak menjadikan agama sebagai bahan untuk mendukung atau menjatuhkan pasangan cabup-cawabup. Walaupun berbeda pilihan, harus bisa saling menghargai,” tandas Riv Rozi.