Klaten (humas) — Bertempat di Aula MTsN 2 Klaten berlangsung prosesi Akhirusannah Wisuda dan Pelepasan siswa-siswi Kelas IX MTs Negeri 2 Klaten, sejumlah 253 peserta didik yang di nyatakan lulus, adapun siswa berpretasi sebanyak 10 berdasarkan perolehan nilai terbaik setelah diakumulasikan dari berbagai sumber penilaian akademik.
Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Klaten, Anif Solikhin, hadir secara langsung dalam acara tersebut, hadir pula jajaran Forkompimcam, Pengawas Madrasah, Wali Murid, Komite Madrasah, serta Tamu undangan lainnya.
“Selamat kepada seluruh siswa kelas IX yang telah menyelesaikan study selama 3 tahun di MTs Negeri 2 Klaten, kalian semua berprestasi, setelah lulus diharapkan kalian bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, baik di SMA maupun di MA, dan menjadi anak-anak yang sukses,” tutur Anif Solikhin dalam sambutannya.
Lebih lanjut Anif Solikhin mengutip resep yang pernah dibagikan oleh Imam Syafi’I, “Saudaraku, tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara, yaitu (1) kecerdasan, (2) semangat, (3) sungguh-sungguh, (4) berkecukupan, (5) bersahabat (belajar) dengan ustadz (guru), dan (6) membutuhkan waktu yang lama.”
Pertama kecerdasan, kecerdasan tidak cuman secara intelektual, tidak cuma pintar dari sisi otaknya saja tapi jujur yang paling pentin, kecerdasan mental dan kecerdasan spiritual, kecerdasan IQ intelektual hanya memberikan sumbangsih 20 % justru kecerdasan mental spiritual itu sumbangsih nya 80% untuk menunjang keberhasilan dan kesuksesan, terang Anif Solikhin.
Selanjutnya harus memiliki sifat yang semangat sebab denga sifat semangatlah kita bisa meraih apa yang kita inginkan. Selain dari semangat, sepantasnya kita sebagai pencari ilmu harus memiliki sifat yang sungguh-sungguh, sebab dalam kesungguh-sungguhan kita untuk mencari ilmu itu mendapatkan suatu kebaikan di sisi Allah SWT.
Selanjutnya adalah berkecukupan, yaitu dalam arti bekecukupan dalam ekonomi dan kesehatan, sebab tidak semua orang sama dalam pengertian kecukupan, bahkan ada yang tidak bersekolah di karenakan kekurangan secara ekonomi.
Dan yang tak kalah penting dan sangat vital, seseorang yang ingin belajar ilmu agama tanpa adanya bimbingan langsung dari guru besar kemungkinan setanlah yang akan menjadi guru nya. Memiliki guru adalah salah satu syarat yang paling utama.
Anif Solikhin dalam sambutannya juga mengisahkan Ibnu Hajar Si Anak Batu, Suatu ketika, saat beliau masih belajar disebuah madrasah, ia terkenal sebagai murid yang rajin, namun ia juga dikenal sebagai murid yang bodoh, selalu tertinggal jauh dari teman-temannya. Bahkan sering lupa dengan pelajaran-pelajaran yang telah di ajarkan oleh gurunya di sekolah yang membuatnya patah semangat dan frustasi.
Beliaupun memutuskan untuk pulang meninggalkan sekolahnya. Di tengah perjalanan pulang, dalam kegundahan hatinya meninggalkan sekolahnya, hujan pun turun dengan sangat lebatnya, mamaksa dirinya untuk berteduh didalam sebuah gua. Ketika berada didalam gua pandangannya tertuju pada sebuah tetesan air yang menetes sedikit demi sedikit jatuh melubangi sebuah batu, ia pun terkejut. Beliau pun berguman dalam hati, sungguh sebuah keajaiban. Melihat kejadian itu beliaupun merenung, bagaimana mungkin batu itu bisa terlubangi hanya dengan setetes air. Ia terus mengamati tetesan air itu dan mengambil sebuah kesimpulan bahwa batu itu berlubang karena tetesan air yang terus menerus. Dari peristiwa itu, seketika ia tersadar bahwa betapapun kerasnya sesuatu jika ia di asah trus menerus maka ia akan manjadi lunak. Batu yang keras saja bisa terlubangi oleh tetesan air apalagi kepala saya yang tidak menyerupai kerasnya batu. Jadi kepala saya pasti bisa menyerap segala pelajaran jika dibarengi dengan ketekunan, rajin dan sabar.
Sejak saat itu perubahan pun terjadi dalam diri Ibnu Hajar. Beliau manjadi murid yang tercerdas dan malampaui teman-temannya yang telah manjadi para Ulama besar dan ia pun tumbuh menjadi ulama tersohor dan memiliki banyak karangan dalam kitab-kitab yang terkenal dijaman kita sekarang ini. Di antara karya beliau yang terkenal ialah: Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari, Bulughul Marom min Adillatil Ahkam, al Ishabah fi Tamyizish Shahabah, Tahdzibut Tahdzib, ad Durarul Kaminah, Taghliqut Ta’liq, Inbaul Ghumr bi Anbail Umr dan lain-lain.
“Kisah Ibnu Hajar Si Anak Batu diatas bisa menjadi motivasi bagi kita semua, bahwa sekeras apapun itu dan sesusah apapun itu jika kita betul-betul ikhlas dan tekun serta continue dalam belajar niscaya kita akan menuai kesuksesan. Jangan pernah menyerah atau putus asa, karena kegagalan itu hal yang biasa, tapi jika Anda berhasil bangkit dari kegagalan, itu baru luar biasa.” Pungkas Anif Solikhin (sm)