Klaten (humas) – Selasa (15/04/2025) Pelaksanaan kegiatan Bimbingan Manasik Haji Tingkat Kabupaten Klaten memasuki hari kedua, calhaj dengan penuh semangat mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di Graha Bung Karno (GBK) tersebut.
Materi Bimbingan Manasik Haji hari kedua yang pertama Alur Perjalanan Ibadah Haji dengan narasumber H. Iskak Sulitya, S.Ag dan materi kedua Filosofi Haji, Perbedaan-perbedaan dalam Pelaksanaan Ibadah Haji dengan narasumber Drs. KH. Mukhlis Hudaf.
Dalam pemaparan materi pertama, Iskak Sulitya menyampaikan bahwa saking banyaknya jamaah haji asal Indonesia maka jamaah Haji Indonesia dibagi dalam 2 gelombang dan jamaah haji Indonesia salah satu tujuannya agar pemondokan jamaah Haji Indonesia tidak begitu jauh dari masjid, baik Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi begitu juga soal pengaturan transportasi.
“Sehingga jamaah bisa bergantian menempati maktab. Dan memudahkan pengurusan serta pengaturan keberangkatan dan kepulangannya. Untuk itu jamaah Haji harus mengetahui rangkaian perjalanan masing masing gelombang.” katanya. Untuk jamaah haji Indonesia melaksanakan Haji Tamattu yaitu ibadah haji yang dilakukan dengan mengerjakan umrah terlebih dahulu, baru kemudian melaksanakan haji, jelasnya.
Khusus untuk Jemaah Haji Kabupaten Klaten masuk di gelombang kedua, jamaah Haji dari Klaten berangkat dari asrama Haji Donohudan nantinya para jamaah akan menerima Paspor dan menerima gelang identitas yang harus dipakai selama berada di tanah suci, menerima uang living cost, dan menunggu jadwal keberangkatan.

Sejak tahun 2024 Pemerintah Indonesia bersama Pemerintah Arab Saudi bekerja sama memberikan layanan fast track di bandara salah satunya di bandara Adi Soemarmo. ini dinilai sangat memudahkan para jamaah haji Indonesia saat memasuki Arab Saudi, jelas Iskak Sulitya
fast track adalah fasilitas preclearance atau pemeriksaan dokumen jemaah haji oleh Keimigrasian Pemerintah Arab Saudi di Indonesia. Layanan fast track guna mempercepat pelayanan pemeriksaan dokumen keimigrasian (pre departure clearance) bagi jemaah haji, seperti visa dan paspor.
Waktu yang dibutuhkan dengan layanan fast track ini tidak lebih dari 2 menit. Hal ini sangat membantu jemaah haji Indonesia ketika tiba di bandara tujuan. Dengan adanya fasilitas fast track ini, jemaah tidak perlu lagi ada proses imigrasi, dan bisa langsung melanjutkan perjalanan beribadah di Tanah Suci. Jika tidak ada layanan fast track, biasanya penyelesaian imigrasi bisa memakan waktu sekitar dua sampai lima jam.
Setelah turun dari pesawat para jamaah Haji bergerak menuju Mekkah yakni menuju Hotel yang sudah ditentukan untuk beristirahat dan bersiap- siap sebelum ke Masjidil Haram.” katanya.
Jamaah haji gelombang II setelah istirahat sejenak di hotel dan bersiap-siap menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan umroh wajib dengan dipandu oleh para petugas yang akan mengarahkan jamaah tentang teknis pelaksanaannya.
Masing-masing rombongan akan dipandu oleh Ketua Rombongan dan petugas yang membersamai untuk mengantarkan jamaah melaksanakan umrah wajib ke Masjidil Haram.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah terkait haji ramah lansia dan disabilitas Iskak meminta setiap rombongan membentuk relawan yang terdiri dari jamaah yang relatif muda usianya untuk bersedia menjadi relawan membantu jamaah lansia dan difabel dalam melaksanakan ibadah.
“Membangun Kebersamaan saling membantu dan saling menolong terhadap jamaah lain menjadi penting untuk dilakukan dalam setiap rombongan maupun setiap Kloter” katanya.
Tanggal 8 Dzulhijjah para jamaah calon haji telah siap bergerak menuju Arafah, Muzdalifah dan Mina untuk melaksanakan prosesi ibadah haji
“Bagi jamaah haji gelombang II setelah selesai hajinya maka sambil menunggu waktu sebelum pulang akan bertolak terlebih dahulu ke Madinah selama 8 hari” katanya. Iskak berharap para jamaah haji asal Klaten senantiasa diberikan bekal taqwa, diberikan kemudahan dimanapun berada dan pulang utuh sehat semua dengan membawa predikat haji yang mabrur, pungkasnya

Dalam materi kedua Drs. KH. Mukhlis Hudaf menyampaikan bahwa Ibadah haji secara filosofis merupakan gambaran perjalanan kehidupan seorang manusia.
“Praktik-praktik ritual di dalamnya sarat dengan makna simbolik yang penting dijadikan renungan. Pelaksanaan ibadah haji tidak cukup hanya sekadar memenuhi syarat dan rukun tanpa menyelami arti terdalam di balik setiap rangkaian ritualnya” katanya.
Dikatakan syarat dan rukun dalam ibadah haji tidak semata-mata menjaga koneksi secara vertikal dengan Allah, justru yang tak kalah penting adalah menangkap makna filosofis haji sebagai pelajaran untuk membangun kesejatian diri dalam mengarungi manasik kehidupan.
Ibadah haji menurut Muchlis Hudaf merupakan salah satu bentuk ibadah dalam Islam yang mengingatkan manusia tentang perjalanan hidup menuju kematian dan kembali kepada Allah.
“Karena itu, bekal terbaik dalam ibadah haji sejak sebelum berangkat, selama dalam manasik, dan perjalanan pulang, bahkan keseluruhan hidup manusia adalah niat pasrah sebagai bentuk penghambaan kepada-Nya.” ujarnya.
Dikatakan semua ibadah dalam Islam, termasuk ibadah haji wajib diawali dengan niat meraih ridha Allah. Bukan demi melambungkan status sosial, terlebih hanya untuk mendapat gelar ‘Pak Haji’ atau ‘Bu Hajah.’
“Jamaah haji harus patuh tunduk dengan menanggalkan segala pakaian kehormatan duniawi dan diganti dengan kain ihram, yakni dua helai kain berwarna putih tanpa jahitan.” terangnya.
“Putih adalah tanda kesucian. Tentu saja, bukan hanya putih pakaiannya, melainkan juga putih hati dan jiwanya, seputih kain ihram.” katanya.
Pakaian dunia selama ini kata Muchlis Hudaf telah membentuk pola, preferensi, status, dan perbedaan-perbedaan tertentu. Ia mengutip ungkapan Ali Shariati pakaian menciptakan “batas palsu” yang menyebabkan “perpecahan” di antara umat manusia. “Selanjutnya, dari perpecahan itu timbul konsep “aku”, bukan “kami atau kita.” pungkasnya. (sm)